kubetno1.net

Arak Api Merita Diincar Wisatawan, Sumber Cuan Warga Lokal

Kampung arak Bali Merita
Arak api merita, salah satu arak Bali dengan kualitas oke. (Ni Made Nami Krisnayanti/)

Karangasem -

Arak api merita merupakan salah satu produk khas Bali yang diburu wisatawan. Arak itu pun menjadi cumber cuan warga lokal.

Salah satu yang masih melestarikan produksi arak itu adalah Nyoman Minggu, warga Karangasem, produsen arak api merita.

Ya, Karangasem menjadi kawasan wisata yang ramai dikunjungi wisatawan. Kabupaten di Bali timur itu juga menyimpan satu kekayaan budaya, berupa minuman tradisional, arak Bali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wisatawan pun banyak yang datang ke sana. Dan, menjadikan arak api merita sebagai salah satu oleh-oleh.

Sentra produksi arak itu tepatnya berada di Banjar Dinas Merita, Desa Laba Sari. Kampung itu bahkan sudah mendapat julukan kampung arak.

Merita memiliki satu arak spesial bernama arak api, arak sulingan pertama dan disebut-sebut memiliki kualitas paling sip.

Kemampuan warlok Merita untuk membuat arak api merupakan warisan turun temurun sejak ratusan tahun lalu. Gede Nyoman Geria, kepala desa Laba Sari, menerangkan bahwa terdapat sekitar 400 KK (kepala keluarga) atau 80% warga yang berprofesi sebagai pembuat arak dengan usaha yang bersifat home industri.

Pendapatan dari produksi arak api tidak main-main, terlebih ketika musim hari raya atau tahun baru tiba.

Nyoman Minggu, produsen arak api khas Merita, mengaku bisa meraup cuan sekitar Rp 200.000 hingga Rp 400.000 per harinya dari produksi arak. Usaha yang ia jalankan merupakan warisan turun temurun milik kedua orang tuanya.

"Usaha saya sudah lama, lebih dari 20 tahun dan merupakan usaha turun temurun dari orang tua. Kalau musim panen pendapatan banyak, sekitar Rp 200 ribu hingga Rp 400 ribu," ujar Nyoman Minggu.

Menurut Nyoman Minggu, pendapatan yang ia raup akan semakin meningkat ketika menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan serta perayaan tahun baru. Bahkan bisa meningkat hingga dua kali lipat.

ADVERTISEMENT


Nyoman Minggu menjual beberapa jenis dan varian arak, ada arak nomor satu (arak api) dan arak nomor dua (arak ganeng). Ia memiliki dua jenis ukuran, ada 600 ml sekitar Rp 30.000 dengan harga dan 1,5 liter dengan harga sekitar Rp 60.000.

Kendala utama yang dihadapi ketika melakukan produksi arak adalah cuaca. Nyoman Minggu menyebut saat musim hujan, tuak yang dipanen berjumlah sedikit, sehingga sulit untuk melakukan produksi arak.

"Sulitnya itu saat musim hujan, manjat pohon ental itu sulit. Jadi sulit mendapatkan bahan produksi. Mulai bulan Juli itu baru banyak tersedia bahan baku untuk produksi araknya," ujar Nyoman Minggu.

Nyoman Minggu mengaku berprofesi sebagai produsen arak sangat menjanjikan. Setiap harinya bisa mendapatkan cuan dari penjualan arak maupun tuak. Bahkan Nyoman Minggu sudah melakukan penjualan hingga ke luar Jawa.

"Kalau menurut saya, usaha produksi arak ini menguntungkan karena bisa mendapatkan pemasukan setiap hari. Kalau gak arak, tuaknya juga bisa saya jual. Terlebih saya sudah menjual arak sampai ke Jawa, jadi pemasukannya lumayan menjanjikan," katanya.



Simak Video "Hidden Gem Bali: Ngopi Santai di Atas Tebing Karang Boma"
[Gambas:Video 20detik]
(fem/fem)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat