kubetno1.net

Banjir Tewaskan 4 Orang di Dubai & 20 di Oman, Diperparah Perubahan iklim

Banjir di Dubai
Foto: BBC

Dubai -

Badai mematikan yang menyebabkan Dubai terendam dan menewaskan lebih dari 20 orang di kawasan itu. Kemungkinan besar fenomena ini diperparah oleh perubahan iklim.

Mengutip BBC, Minggu (28/4/2024), panas yang dipompa ke atmosfer oleh manusia membuat rekor curah hujan menjadi 10-40% lebih berat, kata para ilmuwan. Namun, pola cuaca alami El Nino juga mendorong terjadinya badai dahsyat tersebut.

Para ilmuwan memperingatkan bahwa kaitan antara badai dan perubahan iklim belum sepenuhnya pasti karena jarangnya curah hujan di wilayah tersebut membuat mereka hanya memiliki sedikit data untuk diolah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian ini dilakukan oleh para ilmuwan dari kelompok World Weather Attribution. Para ahli juga mengatakan bahwa cara pembangunan kota membuat dampak badai menjadi lebih buruk.

Di Dubai, beberapa daerah mencatat lebih dari 250 mm curah hujan dalam waktu kurang dari 24 jam, melebihi semua rekor curah hujan harian dalam 75 tahun sejak pencatatan dimulai.

ADVERTISEMENT

Negara ini memiliki curah hujan rata-rata 140-200 mm per tahun, sementara Dubai biasanya hanya menerima 97 mm. Rata-rata bulanan untuk bulan April hanya sekitar 8 mm.

Sedikitnya 20 orang tewas di Oman dan empat orang di Uni Emirat Arab saat badai menghantam pada tanggal 15 April. Bandara Internasional Dubai, bandara tersibuk kedua di dunia, terpaksa membatalkan ratusan penerbangan.

Badai ini terjadi setelah berbulan-bulan suhu permukaan laut yang lebih panas dari rata-rata yang sebagian disebabkan oleh El Nino. Itu terjadi ketika air hangat naik ke permukaan sebagian Samudra Pasifik.

Suhu laut yang lebih tinggi menambahkan lebih banyak uap air ke atmosfer, sehingga curah hujan lebat lebih mungkin terjadi.

Para ilmuwan juga menyimpulkan bahwa penyemaian awan, manipulasi awan untuk menciptakan lebih banyak hujan, tidak memiliki "pengaruh yang signifikan" terhadap banjir.

Para ilmuwan internasional sepakat bahwa perubahan iklim akibat pembakaran batu bara, minyak dan gas meningkatkan suhu global dan menyebabkan cuaca yang lebih ekstrem, termasuk badai.

Namun, akan lebih sulit untuk mengatakan bahwa peristiwa tertentu, seperti badai tunggal, disebabkan oleh perubahan iklim karena variabilitas pola cuaca.

Untuk menemukan jawabannya, para ilmuwan melihat informasi bertahun-tahun tentang cuaca di suatu tempat untuk mengidentifikasi tren.

Mereka juga menggunakan model komputer untuk membandingkan dunia tanpa pemanasan global dengan dunia yang kita tinggali saat ini dengan pemanasan 1,2C sejak zaman pra-industri.

Tanpa banyak data, seperti informasi curah hujan, akan lebih sulit untuk melihat pola dan mengambil kesimpulan yang kuat.

Namun, fisika dasar pemanasan global tetap sama dan menunjukkan bahwa atmosfer yang lebih panas akan menciptakan badai dan curah hujan yang lebih kuat, jelas Profesor Friederike Otto dari Imperial College London.



Simak Video "Pusat Meteorologi UEA soal Banjir Parah di Dubai: Sejarah dalam 57 Tahun"
[Gambas:Video 20detik]
(msl/wsw)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat