kubetno1.net

Sejarah Festival Balon Udara Wonosobo, Ternyata Ada Sejak Zaman Belanda

Kemeriahan Festival Balon Udara Wonosobo 2024
Festival Balon Udara Wonosobo 2024 (Natasha Kayla Ananta/detikTravel)

Wonosobo -

Wonosobo memiliki agenda rutin festival balon udara. Ternyata, festival itu sudah menjadi tradisi sejak zaman penjajahan Belanda.

Jika mendengar tentang balon udara kebanyakan orang akan langsung menyebut Cappadocia, Turki. Alih-alih mengikuti Cappadocia, balon udara di Kabupaten Wonosobo ternyata sudah ada dan menjadi tradisi sejak zaman penjajahan Belanda.

Mengutip dari buku Jejak Tradisi Balon Wonosobo, para sesepuh di Wonosobo sudah menjalankan tradisi penerbangan balon udara untuk merayakan hari lebaran sejak zaman penjajahan Belanda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 1920-an, balon udara ditemukan oleh ahli pangkas rambut, perajin sangkar burung dan lampion, sekaligus seniman musik rebana asal Kecamatan Kertek bernama Atmojo Goper.

Balon udara karya Atmojo terinspirasi dari pendaratan balon udara yang digunakan fotografer untuk pemotretan udara di Alun-alun Wonosobo saat itu. Poin itu juga yang membuat beberapa daerah di Wonosobo memiliki aerial photography pada awal abad ke-20.

ADVERTISEMENT

Tak semodern sekarang, balon udara karya Atmojo masih sangat sederhana dengan menggunakan bahan dasar kertas krep. Saat itu, kertas krep merupakan salah satu bahan yang mahal dan untuk mendapatkannya perlu memesan jauh-jauh dari Semarang.

Penerbangan pertama balon udara karya Atmojo dilakukan di halaman musala Krakal Tamanan dan disaksikan oleh warga setempat. Sejak saat itu, informasi tentang balon udara semakin cepat meluas hingga menjadi momentum yang selalu dinantikan warga setempat.

Sebelum menggunakan kayu bakar, pada awal penerbangannya balon udara menggunakan teknik pengasapan yang berasal dari campuran batang padi kering dan basah untuk menciptakan asap hitam yang tebal.

Kemeriahan Festival Balon Udara Wonosobo 2024Kemeriahan Festival Balon Udara Wonosobo 2024 Foto: Natasha Kayla Ananta/

Pada 1980-an bahan bakar pengasapan mulai beralih ke kayu bakar, hingga pada 2000-an mulai menggunakan batok kelapa yang memiliki asap lebih jernih dan menjadikan balon udara lebih terlihat indah saat diterbangkan.

Terbuat dari bahan yang mahal membuat balon udara tak sembarang waktu dapat diterbangkan. Pada tahun 1960-an tercipta balon berbahan dasar plastik yang digunakan masyarakat dan pengrajin sekitar untuk melakukan tes cuaca sebelum melakukan penerbangan balon udara.

Hingga pada tahun 1990-an barulah tercipta balon udara yang berbahan dasar kertas minyak. Selain memiliki corak dan warna yang lebih menarik, kertas minyak juga dinilai lebih mudah diterbangkan karena lebih ringan dan mudah didapatkan di pasaran.

Penerbangan balon udara yang saat itu hanya menjadi hiburan sederhana pasca lebaran akhirnya diubah menjadi acara festival utama yang rutin diselenggarakan setiap Hari Jadi Kabupaten Wonosobo.

Pada 2005 terselenggara untuk pertama kalinya Festival Balon Tradisional yang berskala besar di Alun-alun Wonosobo. Setahun setelahnya festival ini berhasil menyabet dua rekor Muri sekaligus yaitu, Rekor Balon Udara Tradisional terbanyak dan Rekor Balon Udara Terbesar saat itu.

Namun perjalanan festival ini tidak berjalan mulus. Pada 2015, Festival Balon Tradisional yang rencananya akan dilakukan di Stadion Kalianget terpaksa gagal karena dinilai mengganggu penerbangan.

Kemeriahan Festival Balon Udara Wonosobo 2024Kemeriahan Festival Balon Udara Wonosobo 2024 Foto: Natasha Kayla Ananta/

Hingga akhirnya disepakati beberapa aturan diantaranya batasan jarak terbang balon udara dan penerbangan balon yang harus ditambatkan ke tanah (tidak dilepas ke langit) membuat festival rutin ini dapat kembali terselenggara pada mulai 2017.

Pada tahun ini menjadi momen penting bagi perkembangan balon udara, yakni Komunitas Balon Wonosobo dibentuk dan diakui secara resmi. Sejak saat itu, penerbangan balon udara di Wonosobo semakin dikenal khalayak luas bahkan menarik banyak investor. Salah satu festival besar yang telah terlaksana yaitu Java Balloon Festival pada tahun 2019.

Hingga saat ini, perajin balon udara semakin menjamur di Wonosobo. Kualitas dan bentuk-bentuk dari balonnya juga beragam dan semakin berkualitas.

Festival yang semula hanya mendapatkan sedikitnya tujuh balon, kini setiap festival dapat menerbangkan belasan bahkan puluhan balon udara dengan kemasan yang semakin unik. Berbagai tim penerbang balon biasanya juga membawa para penari dan pengiring musik untuk memeriahkan festival tersebut.

Setiap momen Idulfitri tiba, berbagai desa di Wonosobo secara mandiri melangsungkan Festival Balon Udara. Komunitas Balon Udara Wonosobo mencatat ada sekitar 1500 balon udara yang diterbangkan pada momen lebaran 2017. Euforia ini sempat terhenti karena pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia.

Namun, sejak 2023 festival ini kembali terselenggara. Bahkan pada tahun 2024 tercatat 14 lokasi penerbangan pada Festival Balon Udara Wonosobo yang terselenggara 11 hari berturut-turut pada 11 April hingga 21 April 2024.

Festival ini menjadi salah satu langkah strategis bagi Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam menarik banyak wisatawan berbagai daerah untuk menilik keindahan alam dan tradisi di daerah yang memiliki julukan negeri atas awan itu.



Simak Video "Puluhan Balon Udara Hiasi Langit Wonosobo Layaknya Cappadocia Turki"
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/fem)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat