kubetno1.net

Beduk Terbesar di Dunia Dipercaya Ada di Purworejo

Beduk terbesar di dunia ada di Purworejo, Jawa Tengah
Beduk terbesar di dunia ada di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. (Weka Kanaka/)

Jakarta -

Di Purworejo, diyakini ada beduk terbesar di dunia. Bagaimana sejarah dan rupa beduk tersebut?

Beduk adalah salah satu simbol bagi sejumlah masjid di tanah air. Hadirnya beduk digunakan untuk pembuka waktu sholat, hingga pertanda hari dan kegiatan masyarakat.

Di Purworejo, Jawa Tengah, terdapat Beduk Pendowo yang diyakini menjadi terbesar di dunia. Penasaran, berkesempatan berkunjung ke lokasi pada Sabtu (6/4/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beduk pendowo berada di Masjid Agung Darul Muttaqin Purworejo, yang terletak di sisi Alun-alun Purworejo. Lokasinya berada di serambi masjid sebelah selatan. Begitu memasuki area, langsung terlihat beduk yang berukuran besar dengan pagar kayu yang mengelilingi.

Beduk ini memiliki panjang rata-rata 292 cm, dengan garis tengah depan 194 cm dan garis tengah belakang 180 cm. Untuk keliling bagian depan, beduk memiliki panjang 601 cm dan 564 cm untuk keliling bagian belakang.

ADVERTISEMENT

Bagian depan dan belakang beduk ditutup dengan menggunakan kulit banteng tua, kemudian kulit dipaku dengan pasak atau paku kayu. Adapun jumlah paku terdiri dari 120 buah di bagian depan dan 98 buah di bagian belakang.

"Iya, ini bedug terbesar di dunia. Kulitnya ini dari kulit banteng tua, yang belakang sudah diganti tiga kali tapi dari kulit sapi karena sekarang kan susah cari kulit banteng. Di tengah beduk itu ada gong, biar kalau dipukul suara bedug jadi keras dan menggema," ujar Takmir Masjid Agung Darul Muttaqin Purworejo, Katobi, dikutip dari detikJateng, Jumat (12/4/2024).

Beduk terbesar di dunia ada di Purworejo, Jawa TengahBeduk terbesar di dunia ada di Purworejo, Jawa Tengah (Weka Kanaka/)

Dalam papan informasi beduk, tertulis beduk dibuat sejak tahun 1762 kalender Jawa atau 1834 Masehi. Karena telah dibuat cukup lama, beduk ini pun dijaga sedemikian rupa. Selain itu, beduk hanya dipukul setiap hari Jumat dan hari-hari besar keagamaan termasuk saat peringatan kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus. Sebagai gantinya, saat salat lima waktu tiba, digunakan beduk lain yang berukuran lebih kecil yang terletak di serambi masjid bagian utara.

Katobi mengisahkan zaman dulu ketika Perang Diponegoro (1825-1830) berakhir, Pemerintah Hindia Belanda mengangkat pemimpin dari kalangan pribumi untuk memerintah wilayah tanah Bagelen yang sekarang bernama Kabupaten Purworejo.

Waktu itu, Katobi melanjutkan, Kanjeng Raden Tumenggung Tjokronegoro I dipercaya menjabat sebagai bupati pertama Purworejo dengan dibantuk Patih Raden Tjokrojoyo. Tak berselang lama, Tjokronegoro I membangun Masjid Agung Darul Muttaqin pada 1830 Masehi.

Selepas masjid dibangun, sang bupati berpikir untuk membuat alat penanda datangnya salat, sehingga dibuatlah beduk raksasa tersebut.
"Kemudian diadakan sayembara siapa yang bisa membuat bedug tersebut dan membawanya hingga masjid ini. Akhirnya, dengan dipimpin oleh Muhammad Irsyad yaitu mantunya Patih Tjokrojoyo beduk dibuat dari kayu jati utuh yang besar," kata Katobi saat ditemui detikJateng di serambi Masjid Agung Darul Muttaqin, Jumat (8/5).

Proses pembuatannya dilaksanakan di Dusun Pendowo, Desa Bragolan, Kecamatan Purwodadi yang berjarak sekitar 11 kilometer dari Masjid Agung Darul Muttaqin yang berdiri tepat di sebelah barat Alun-alun Kota Purworejo. Beduk disebut terbuat dari pohon jati tua yang sudah berumur ratusan tahun dan memiliki cabang lima sehingga dinamakan Beduk Pendowo. Itu diambil sesuai nama tokoh pewayangan Pandowo Limo yang terdiri dari lima tokoh.

"Karena bercabang lima, maka dikasih nama Bedug Pendowo," kata dia.

Karena tempat dibuatnya cukup jauh dari lokasi masjid, proses pengiringan beduk pun menjadi unik. Selesai dibuat, beduk dibawa melalui jalan terjal dan sulit menggunakan tali tambang dan kayu gelondongan sebagai roda pengangkut.

Agar tetap menghibur dan memberi semangat pekerja yang membawa beduk, setiap pos pemberhentian terdapat hiburan berupa tarian tayub.

"Jadi ngangkutnya itu ditarik pakai tambang dadhung, terus bawahnya ada kayu gelondongan biar bisa mutar dan beduknya bisa ikut jalan pelan-pelan," dia menambahkan.



Simak Video "Ganjar Kampanye di Purworejo, Kunjungi Sentra Bibit Hortikultura"
[Gambas:Video 20detik]
(wkn/wkn)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat