kubetno1.net

Cerita Latar Pemandian Air Panas Guci Tegal dan Pesugihannya

Jakarta -

Objek wisata air panas Guci Tegal merupakan destinasi favorit bagi sebagian traveler. Mari mengulik cerita di baliknya.

Destinasi wisata yang menyuguhkan air panas dari kaki Gunung Slamet ini terletak di Desa Guci, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Dipercaya air panas dari Guci memiliki kemampuan penyembuhan untuk berbagai penyakit dan membuat kulit tetap awet muda.

Setiap daerah memiliki kisah tentang asal-usulnya, begitu juga dengan Guci. Guci sendiri merupakan nama benda, berfungsi sebagai wadah penyimpanan air, dan hal ini masih terkait dengan cerita asal-usul Guci.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Guci

Asal-usul Guci tidak bisa lepas dari Kerajaan Demak Bintoro. Terjadinya konflik di Kerajaan Demak, membuat salah seorang bangsawan bernama Raden Aryo Wiryo dan istrinya bernama Nyai Tumbu memutuskan untuk keluar dari keraton.

Raden Aryo Wiryo yang juga dikenal sebagai Kyai Ageng Klitik merupakan cucu dari Raja Pertama Demak Bintoro yaitu Raden Patah. Lalu ia memilih untuk mengembara ke arah utara.

ADVERTISEMENT

Setibanya di Cirebon, ia sempat berguru kepada Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Setelah itu ia kembali melanjutkan perjalanan, hingga sampai di sebuah desa di Kaki Gunung Slamet, dan memutuskan untuk menetap di desa tersebut.

Karena desa tersebut belum mengenal ajaran Islam, maka desa tersebut oleh Raden Aryo Wiryo diberi nama Desa Keputihan.

Pada suatu waktu Desa Keputihan dilanda pageblug, warganya banyak yang terkena penyakit kulit. Raden Aryo Wiryo kemudian meminta bantuan Sunan Gunung Jati, lalu Sunan Gunung Jati mengutus salah seorang muridnya bernama Kiai Elang Sutajaya ke Desa Keputihan membawa air dalam wadah guci.

Namun, air dalam wadah tersebut tidak cukup, karena saking banyaknya warga yang terkena, air dalam wadah guci tersebut tidak cukup. Lalu Raden Aryo Wiryo dan Kiai Elang Sutajaya mengajak warga untuk melakukan sedekah bumi dan malam harinya mengadakan tahlilan.

Kemudian setelah selesai tahlilan, datanglah Sunan Gunung Jati secara gaib, lalu menancapkan tongkatnya, sehingga kemudian muncul mata air panas tanpa belerang.

Konon katanya, kejadian tersebut terjadi pada Malam Jumat Kliwon di Bulan Muharram. Sejak saat itu nama Desa Keputihan berganti nama menjadi Desa Guci.

Guci pemberian Sunan Gunung Jati yang dibawa oleh Kiai Elang Sutajaya pada masa pemerintahan Adipati Cakraningrat (Adipati Brebes) dipindahkan dari Desa Guci ke Pendopo Kabupaten Brebes.

Jadi dulu, Bumijawa itu masuk ke dalam Kadipaten Brebes. Kini guci tersebut tersimpan di Monumen Nasional (Monas).

Guci saat ini dan pesugihan

Di objek wisata Guci memiliki beberapa pancuran, tetapi yang terkenal atau menjadi ikon adalah pancuran 13 dan pancuran tujuh.

Untuk sejarah terbentuknya nama pancuran 13, dahulu di atas pancuran ada sebuah gua yang memiliki mata air panas dengan jumlah 13. Begitu juga dengan pancuran tujuh.

Guci Daerah Kekuasaan Nyai Rantam Sari Jika daerah di Pantai Selatan seperti Yogyakarta, Pangandaran, terdapat mitos Nyai Rara Kidul, maka daerah di Pantai Utara seperti Tegal, Batang, Pekalongan terdapat Nyai Rantam Sari.

Konon katanya, Guci menjadi salah satu daerah kekuasaan dari Nyai Rantam Sari. Pesugihan Naga Cerek Di objek wisata Guci terdapat sebuah air terjun, di mana di dalamnya terdapat sebuah gua.

Nah, katanya gua tersebut sering digunakan oleh orang-orang untuk melakukan pesugihan, yang dikenal dengan nama Pesugihan Naga Cerek. Konon katanya gua tersebut dihuni oleh makhluk halus berwujud seekor naga, bernama Naga Cerek.

Para pelaku Pesugihan Naga Cerek percaya bahwa Naga Cerek memiliki kemampuan untuk memenuhi berbagai jenis keinginan yang diharapkan oleh para pengikutnya. Ada metode khusus yang harus dilakukan untuk melakukan pesugihan Naga Cerek.

Pesugihan ini bisa dilakukan di Hari Selasa Kliwon dan Jumat Lagi. Sama seperti pesugihan lainnya, pesugihan Naga Cerek terdapat konsekuensi yang harus ditanggung oleh pelaku pesugihan.

Mereka harus menukar keinginan tersebut dengan nyawa orang yang dicintainya, bisa istri, bisa anak. Patung Naga dan Patung Kurcaci di objek wisata Guci terdapat beberapa jenis patung yang menjadi ikonik adalah patung berbentuk naga dan patung kurcaci.

Patung-patung tersebut menjadi tempat bersemayam makhluk halus di objek wisata Guci. Konon katanya pada malam-malam tertentu patung tersebut hidup.

Menurut beberapa orang patung naga tersebut berkaitan dengan Naga Cerek. Jadi supaya makhluk tersebut tidak mengganggu pengunjung maka dibuatkanlah patung berbentuk naga.

Sementara patung kurcaci berkaitan dengan mitos manusia kurcaci di Gunung Slamet, pasti kita pernah mendengar mitos manusia kurcaci yang mencuri makanan para pendaki Gunung Slamet via jalur Guci.

Konon katanya pembuatan patung tersebut dimaksudkan supaya para manusia kurcaci ini tidak mengganggu para pengunjung.

(msl/msl)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat