kubetno1.net

Kisah Misteri Curug Putri yang Terletak di Antara Tegal dan Brebes

Tegal -

Di antara Tegal dan Brebes, Jawa Tengah ada sebuah curug yang menyimpan kisah misteri tentang kerajaan gaib yang berdiri di sana. Seperti apa kisahnya?

Bagi kalian pecinta alam, Curug Putri wajib banget masuk ke dalam daftar list air terjun yang harus dikunjungi ketika berkunjung ke perbatasan Tegal-Brebes.

Curug dengan ketinggian sekitar 20 meter sampai 25 meter ini terletak di perbatasan Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes, lebih tepatnya di antara Desa Dukuhbenda, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal dan Desa Padanama, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk menuju Curug Putri ada beberapa rute yang bisa dipilih, namun yang familiar ada dua rute. Pertama, melalui Desa Benda, yang terletak di Kecamatan Sirampog, Brebes.

Dari sana, perjalanan dapat dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan umum. Setelah mencapai pertigaan Kalisalak, yang dilewati oleh kendaraan jalur Tegal-Purwokerto, terus hingga mencapai Desa Mendala, lalu Dukuh Padanama.

ADVERTISEMENT

Untuk jalur kedua dari arah Purwokerto-Tegal, turun di pertigaan Kaligadung. Kemudian, dalam waktu setengah jam perjalanan, sampailah di perempatan Sirampog, dan ambillah jalan ke utara hingga bertemu dengan Dukuh Padanama.

Di balik keindahan panorama dan gemericiknya air, Curug Putri menyimpan misteri, mulai dari asal-usul hingga hantu penunggu curug tersebut.

Misteri ini tersimpan rapi dalam ingatan kolektif masyarakat sekitar, diceritakan secara turun temurun, dari mulut ke mulut.

Asal Usul Curug Putri Ada beberapa versi mengenai penamaan Curug Putri. Versi pertama berkaitan dengan putri dari Kerajaan Mataram yang melarikan diri menghindari kejaran prajurit musuh.

Diceritakan Kerajaan Mataram sedang dilanda kekacauan akibat serangan musuh, kemudian seorang putri melarikan diri hingga ke Desa Dukuhbenda.

Meskipun sudah jauh dari kerajaan, ternyata prajurit musuh masih terus mengejarnya, hingga kemudian sang putri terdesak sampai ke sebuah air terjun.

Lalu ia pun memutuskan untuk terjun dari curug dan sang putri pun meninggal. Nah, curug tempat putri tersebut meninggal kemudian dinamakan Curug Putri.

Versi kedua berkaitan dengan penguasa gaib wilayah Tegal bernama Nyai Rantamsari. Konon katanya beberapa curug di Tegal menjadi gerbang menuju kerajaan gaib dari Nyai Rantamsari, salah satunya adalah Curug Putri.

Berkaitan dengan versi kedua mengapa dinamakan Curug Putri, karena di curug tersebut sering muncul penampakan wanita cantik dengan pakaian kerajaan tempo dulu dan mengendarai kereta kencana.

Konon katanya wanita cantik tersebut merupakan Nyai Rantamsari, sehingga kemudian curug tersebut dinamakan Curug Putri.

Versi ketiga berkaitan dengan kerajaan kuno di kaki Gunung Slamet yaitu Kerajaan Agung Luhur dan Kerajaan Pengindangan.

Istana Kerajaan Agung Luhur terletak di sebuah bukit bernama Gunung Luhur, yang sekarang masuk dalam wilayah Desa Cempaka, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.

Sementara Istana Kerajaan Pengindangan terletak di pedukuhan yang sekarang bernama Dukuh Pengindangan, Desa Gunungagung, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.

Diceritakan, raja Kerajaan Agung Luhur memiliki putri cantik bernama Putri Campa. Kecantikan putri ini tersebar seantero kerajaan, bahkan hingga ke kerajaan tetangga.

Banyak dari para raja dan pangeran ingin mempersunting Putri Campa, salah satunya adalah Raja Kerajaan Pengindangan bernama Raja Wetan.

Singkat cerita, Raja Agung Luhur ini mendapatkan surat dari utusan Raja Wetan yang isinya lamaran dari Raja Wetan. Akan tetapi Raja Agung Luhur ini tidak suka dengan Raja Wetan.

Maka dari itu sebagai sebuah usaha untuk menolak lamaran dari Raja Wetan secara halus, Raja Agung Luhur mengadakan sebuah sayembara Sabung Ayam, di mana yang menang berhak mendapatkan Putri Campa.

Dalam sayembara tersebut, tidak ada satupun ayam jago dari para pangeran atau raja yang berhasil mengalahkan ayam jago milik Raja Agung Luhur, termasuk ayam jago milik Raja Wetan. Nah, Raja Wetan ini tidak puas dengan sayembara tersebut, ia pun meminta diadakan pertandingan ulang.

Pada pertandingan ulang tersebut ayam jago Raja Wetan berhasil memenangkan sayembara, karena memang ayam Jago Raja Agung Luhur sudah dalam kondisi babak belur dan lemas akibat pertarungan sebelumnya.

Karena berhasil memenangkan sayembara, maka Raja Wetan berhak untuk memperistri Putri Campa. Kemudian Raja Agung Luhur, memerintahkan salah satu panglimanya bernama Menak Jambu Dipa untuk menyembunyikan putrinya di sebuah curug yang sekarang bernama Curug Putri.

Raja Wetan yang mengetahui kabar tersebut pun murka, ia pun memerintahkan empat panglima terbaiknya untuk mencari Putri Campa dan membawa pulang ke Pengindangan. Keempat panglima tersebut bertemu dengan Menak Jambu Dipa di sebuah daerah yang sekarang bernama Desa Cintamanik, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.

Lalu terjadilah pertempuran yang sangat sengit, dalam pertempuran tersebut dimenangkan oleh Menak Jambu Dipa, ia berhasil memenggal kepala para panglima tersebut.

Oleh Menak Jambu Dipa, empat kepala tersebut diletakan di tempat yang sekarang bernama Candi Jambu Dipa di Dukuh Glempang, Desa Dukuhbenda, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.

Konon katanya, empat kepala tersebut disimbolkan dengan pahatan batu, yang sekarang sudah hilang keberadaanya. Seusai pertempuran, Menak Jambu Dipa kembali ke curug Namun sesampainya di sana ia bingung, sebab Putri Campa menghilang tanpa jejak.

Ia pun mencari ke sana ke mari, namun keberadaan Putri Campa tak kunjung juga ditemukan. Lalu ia pun memutuskan untuk bersemedi di sekitar curug.

Seiring berjalannya waktu, tubuh Menak Jambu Dipa berubah menjadi patung batu. Patung batu tersebut kemudian diberi nama Candi Jambudipa.

Sementara curug tempat menghilangnya Putri Campa diberi nama Curug Putri. Itulah cerita yang berkembang di masyarakat sekitar mengenai misteri Curug Putri.

(wsw/wsw)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat