kubetno1.net

Sulitnya Membujuk Warga Jepang Libur Lebih Sering, Kerja Cuma 4 Hari Seminggu

Ilustrasi pekerja Jepang
Ilustrasi pekerja Jepang (Getty Images/AzmanL)

Jakarta -

Pemerintah Jepang semakin getol untuk mengubah gaya kerja warganya. Karyawan Jepang dibujuk untuk hanya bekerja selama empat hari, namun belum berhasil sepenuhnya.

Dikutip dari APNews, Selasa (3/9/2024) sejatinya kebijakan hari kerja lebih pendek diterapkan pemerintah Jepang sejak 2021. Parlemen telah mendukung gagasan tersebut.

Tetapi, pelaksanaannya tidak mudah. Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan menyatakan hanya sekitar 8 persen perusahaan di Jepang yang mengizinkan karyawannya untuk libur tiga hari atau lebih per pekan, kemudian 7 persen perusahaan memberikan pekerja satu hari libur yang wajib diambil dan diatur dalam hukum.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak hanya itu, pemerintah Jepang juga membuat kebijakan lanjutan agar karyawan bersedia libur lebih banyak. Begitu pula bagi perusahaan agar memberikan libur lebih banyak lagi kepada karyawan. Kebijakan yang diterapkan adalah kampanye "reformasi gaya kerja".

Kampanye itu mempromosikan jam kerja yang lebih pendek dan pengaturan fleksibel lainnya beserta batasan lembur dan cuti tahunan berbayar.

ADVERTISEMENT

Berbagai langkah mengurangi durasi kerja warga Jepang itu diambil untuk menghadapi krisis jumlah penduduk. Warga Jepang krisis seks dan enggan menikah, sudah begitu kematian karena gila kerja cukup tinggi.

Sebuah buku putih pemerintah tentang "karoshi," istilah Jepang yang dalam bahasa Inggris berarti "kematian karena terlalu banyak bekerja," mengatakan setidaknya terjadi 54 kematian karena gila kerja setiap tahun, termasuk akibat serangan jantung.

Gila kerja memang sudah mendarah daging di Jepang. Budaya itu tercipta setelah Perang Dunia II. Gila kerja menjadi langkah untuk pemulihan nasional dan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa setelah PD II.

Beberapa pejabat menganggap perubahan pola pikir itu penting untuk mempertahankan tenaga kerja yang layak di tengah angka kelahiran Jepang yang menurun drastis. Menurut data pemerintah, populasi usia kerja diperkirakan menurun 40 persen menjadi 45 juta orang pada tahun 2065, dari 74 juta.

Pendukung model libur tiga hari mengatakan model itu mendorong orang-orang yang membesarkan anak, warga yang merawat kerabat yang lebih tua, pensiunan yang hidup dari pensiun, dan orang lain yang mencari fleksibilitas atau penghasilan tambahan untuk tetap bekerja lebih lama.

Akiko Yokohama, yang bekerja di Spelldata, sebuah perusahaan teknologi kecil yang berbasis di Tokyo yang memungkinkan karyawannya bekerja dengan jadwal empat hari, mengambil cuti pada hari Rabu bersama dengan hari Sabtu dan Minggu. Hari libur tambahan tersebut memungkinkannya untuk menata rambut, menghadiri janji temu lainnya, atau pergi berbelanja.

"Sulit rasanya jika Anda tidak enak badan untuk terus bekerja selama lima hari berturut-turut. Sisanya memungkinkan Anda untuk pulih atau pergi ke dokter. Secara emosional, itu tidak terlalu membuat stres," kata Yokohama.



Jepang Tutup Spot Foto Ikonik Berlatar Gunung Fuji

Jepang Tutup Spot Foto Ikonik Berlatar Gunung Fuji


(fem/fem)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat