kubetno1.net

7 Fakta Agrowisata Cagar Buah Condet Upaya Menjaga Betawi

Salak Condet saat ini memang sudah suliy untuk ditemui di pasar-pasar, tak seperti jenis salak lainnya seperti salak pondoh. Pusat budidaya Salak Condet pun satu-satunya hanya terdapat di Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.
Agrowisata Cagar Buah Condet di Kramat Jati, Jakarta Timur (Muhammad Lugas Pribady/)

Jakarta -

Agrowisata Cagar Buah Condet boleh dibilang menjadi benteng pertahanan terakhir buah khas Jakarta. Berada di Kramat Jati, Jakarta Timur, di sana ditanam salak condet dan buah lain khas Jakarta.

Salak condet sudah susah dicari di pasar atau pun supermarket. Tanaman masih ada, tetapi hanya di tempat tertentu. Salah satu yang membudidayakan adalah Agrowisata Cagar Buah Condet.

Di mana dan apa saja koleksi tanaman di agrowisata itu? Dikutip dari indonesia.go.id, terdapat beragam tanaman di cagar budaya itu dengan dominasi salak condet dan duku condet.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini, cagar Buah Condet juga tidak hanya menjadi kebun, tetapi bisa menjadi tempat wisata dengan berbagai fasilitas yang dibangun di sana.

Berikut 7 fakta tentang Agrowisata Cagar Buah Condet.

1. Bekas Tanah Warga

ADVERTISEMENT

Agrowisata Cagar Buah Condet memiliki luas 3,7 hektare. Tanah itu merupakan sisa lahan perkebunan milik warga asli Condet yang akhirnya diserahkan kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk dijadikan kawasan pelestarian tanaman buah khas Betawi, yaitu salak condet dan duku condet.

2. Di Tengah Permukiman

Bagi sebagian warga Jakarta, barangkali banyak yang belum mengetahui tentang keberadaan perkebunan buah yang terletak di kawasan Condet, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Lokasinya yang tepat di tengah-tengah pemukiman padat penduduk menjadikan kebun buah ini tertutup dan tak tampak dari ruas jalan raya.

Cagar buah itu mencakup Kelurahan Balekambang, Batu Ampar, dan Kampung Tengah ini dulunya merupakan area perkebunan buah salak, duku, dan beragam jenis tanaman lain yang sangat luas dan rindang milik puluhan penduduk asli Condet yang bersuku Betawi.

3. Pusat Kebun Buah Sejak Lama

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim Antropologi Fakultas Sastra (sekarang bernama Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia tahun 1980, kawasan Condet merupakan daerah pemukiman masyarakat petani sawah dan petani buah jauh sebelum abad ke 17.

Namun, ketika kekuasaan Belanda mulai memasuki wilayah Condet pada abad 17, daerah tersebut berturut-turut mulai diakui sebagai tanah milik tuan tanah bangsa Belanda D.W. Freyer dan keturunan keluarga Ament.

Selama dalam kekuasaan Belanda, mereka membuat kebijakan tentang penetapan pajak tak wajar kepada semua rakyat yang dibayarkan setiap minggu. Jika rakyat tidak membayar pajak, rakyat akan diganjar dengan hukuman kerja paksa dan harta benda mereka akan dirampas.

4. Dulu Luasnya 300 Ha

Di tahun 1970-an, total area perkebunan di kawasan Condet masih lebih dari 300 hektar. Mayoritas penduduknya masih menggantungkan hidup dengan berjualan hasil panen salak dan duku yang dijual langsung ke Pasar Minggu.

Di kelurahan Balekambang sendiri pada tahun 1977, tercatat jumlah pohon salak mencapai angka 1.656.600 rumpun dan 2.383 pohon duku. Dari jumlah tersebut, hasil panen per tahun bisa mencapai angka 285,7 ton buah salak dan 44 ton buah duku.

5. Tergilas Zaman

Sejak dibukanya jalan raya Condet yang menjadi jalan utama beraspal, arus urbanisasi kian deras terjadi di wilayah Condet. Keadaan itu memicu aktivitas jual beli tanah perkebunan yang disebabkan oleh makin tingginya harga tanah pada saat itu.

Warga asli Condet yang memiliki tanah mulai tergoda untuk menjual tanahnya pada orang luar demi memenuhi kebutuhan hidup, untuk ongkos naik haji, dan memilih untuk membeli tanah di luar Jakarta yang harganya lebih murah. Oleh pembeli lahan, tanah perkebunan tersebut dialihfungsikan menjadi bangunan rumah atau kontrakan permanen maupun semi permanen.

6. Jadi Cagar Buah pada 1974

Pada tahun 1974, saat Ali Sadikin menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta, sebetulnya kawasan Condet sempat ditetapkan sebagai cagar buah-buahan dan cagar budaya Betawi melalui SK Gubernur No D.IV-1V-115/e/3/1974.

Namun, hal tersebut tak berlangsung lama. Seiring pergantian gubernur dan perubahan-perubahan kebijakan, Condet kian terlupakan. Hingga akhirnya pada tahun 2004 terbit SK Gubernur yang memerintahkan agar cagar budaya Betawi dipindahkan ke Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

7. Tersisa 3,7 Ha

Tepat di tahun 2007, setelah pemerintah mengambil alih kepemilikan kebun, pembebasan lahan perkebunan pun dilakukan dan mulai dibangun pagar besi setinggi dua meter mengelilingi area kebun.

Kebun buah inilah yang kini disebut sebagai Cagar Buah Condet, yang lokasinya berada di bantaran sungai Ciliwung, tepatnya di Jalan Kayu Manis RT 07 RW 05 Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.

Keberadaan kebun buah Condet yang kini tersisa hanya seluas 3,7 hektar dari luas awal mencapai lebih dari 300 hektar, menjadi sebuah harapan ibukota Jakarta yang telah penuh sesak dengan hutan beton dan tanah beraspal akan adanya kawasan hijau yang sesungguhnya.

Pada tahun 2016, Cagar Buah Condet memiliki fasilitas seperti rumah bibit, kantor pengelola, walking track, bangku-bangku untuk pengunjung, dan lampu penerang. Salah satu tujuan penyediaan fasilitas tersebut adalah sebagai daya tarik masyarakat, khususnya warga Jakarta, untuk mau berkunjung ke salah satu warisan budaya asli Betawi ini. Itu didukung dengan diterbitkannya SK Gubernur No.646 Tahun 2016 yang mengatur Percepatan Cagar Budaya dan Buah-Buahan Asli Condet.

Di sana didominasi tanaman salak condet, kemudian diikuti oleh duku condet, pohon gandaria, kapuk, kopi, kokosan, buni, menteng, melinjo, lowa, aren, rambutan, cimpedak, nangka, mangga, belimbing, jambu, kelengkeng, durian, bacang, sawo, mahkota dewa, dan markisa.

Selain itu, terdapat puluhan jenis tanaman obat-obatan ikut pula melengkapi keanekaragaman flora di area cagar, antara lain tanaman getah jarak, binahong, gondola, angsana, sirip tujuh, patikan kebo, ketepeng, sugi, jahe merah, miana, pacar merah, dan kelor.



4 Rekomendasi Wisata di Marunda

4 Rekomendasi Wisata di Marunda


(fem/fem)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat