kubetno1.net

Nggak Angker, Justru Decak Kagum Saat Menyusuri Museum Taman Prasasti

Museum Taman Prasasti di Jakarta
Patung di Museum Taman Prasasti di Jakarta (Muhammad Lugas Pribady/)

Jakarta -

Kesan angker saat menjejak bekas lahan pemakaman lawas memang tak terhindarkan karena mitos dan urban legend-nya selalu melekat. Namun sedikit berbeda dengan bekas pemakaman orang-orang asing yang tinggal di Batavia ini, di Museum Taman Prasasti.

Dahulu kala saat Belanda berada di Indonesia, area ini merupakan sebuah pemakaman modern. Makam itu dibangun pada 28 September 1795.

Kerennya, pemakaman modern itu disebut-sebut menjadi pemakaman modern pertama di dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat menjajaki kawasan museum, dipandu oleh Eko Wahyudi sebagai guide untuk mengelilingi museum dengan konsep open air ini, Rabu (29/5/2024).

'Dibangun di atas tanah seluas 5,5 hektar pemakaman ini menjadi pemakaman yang prestisius akhirnya orang Belanda menyebutnya Kerkhof Laan atau pemakaman gereja. Kalau orang kita menyebutkan Kebon Jahe Kober," kata Yudi pada .

ADVERTISEMENT

Pemakaman itu masih benar-benar menjadi pemakaman selama kurang lebih 180 tahun hingga kemudian perubahan dibuat oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 1975.

Ali memerintahkan untuk memindahkan seluruh jenazah di pemakaman ini ke Pemakaman Menteng Pulo, Tanah Kusir, dan ada juga yang dibawa oleh keluarga.

Dari situlah cikal-bakal Museum Taman Prasasti hadir hingga saat ini.

Museum Taman Prasasti di JakartaMuseum Taman Prasasti di Jakarta (Muhammad Lugas Pribady/)

Yudi kembali meneruskan ceritanya. Dia bilang setelah pemindahan seluruh jenazah di tahun 1975, dua tahun kemudian prasasti nisan yang ada di pemakanan ini ditata ulang dalam area 1,3 hektar serta diresmikan menjadi museum pada 9 Juli 1977.

"Awalnya sih kalau tidak salah hanya untuk taman, (untuk) serapan karena kan di Jakarta susah ya mencari tanah serapan. Tetapi, di dalamnya ada benda-benda cagar budaya yang harus dilestarikan dan dilindungi, kemudian baru diresmikan jadi Museum Prasasti," kata Yudi.

Di pemakaman itu banyak sekali orang-orang penting di zamannya mulai dari para pejabat-pejabat VOC hingga pelaku sejarah. Notabene nisan prasasti yang berada di sini memiliki nama-nama orang asing, namun ada juga dua orang Indonesia, yakni Soe Hok Gie dan Miss Riboet.

Sembari mengelilingi kawasan, Yudi bercerita tentang berbagai prasasti nisan yang ada di sini. Pertama adalah nisan berbentuk patung yang disebut crying lady. Cerita kelam membaluti prasasti nisan ini karena patung tersebut merupakan ilustrasi dari kesedihan seorang perempuan yang ditinggal mati oleh pasangannya, tak kuat menahan kesedihan itu akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

"Patung crying lady ini dibuat langsung oleh pemahat yang bernama Antonio Carminati dari Milan, Italia. Dia mendapatkan pesanan bahwa ada seorang dari keluarga yang meninggal, untuk mengenang putrinya yang tewas karena bunuh diri," kata Yudi.

Tak ayal kemegahan nisan-nisan di Museum Taman Prasasti ini begitu keren karena merupakan mahakarya seni yang dibuat oleh para pemahat Eropa. Yudi juga menyebut ini lah yang membuat museum ini begitu unik dan istimewa karena terdapat koleksi nisan yang begitu indah.

"Ya kalau di sini sih kita menampilkan batu-batu nisan yang merupakan karya seni orang-orang Eropa di tahun itu, dibuat antara tahun 1600-an sampai 1900-an. Dan mungkin untuk saat ini agak sulitnya untuk menemukan hal-hal seperti itu karena batu nisan sendiri bahanya merupakan bahan marmer Carrara yang diimpor langsung dari Pegunungan Carrara di Italia, untuk orang-orang Hindia-Belanda atau yang lebih mayoritas beragama Katolik," kata dia.

Museum Taman Prasasti di JakartaMakam Soe Hok Gie di Museum Taman Prasasti di Jakarta (Muhammad Lugas Pribady/)

Ia juga menambahkan kalau untuk orang-orang VOC yang mayoritas menganut agama Protestan nisan yang digunakan masih berbahan baku batu andesit yang diimpor langsung dari India Selatan.

Kembali menyusuri nisan demi nisan, prasasti nisan tokoh penting lainnya adalah nisan Direktur STOVIA (School Tot Opleiding Van Indlandshe Arsten atau Sekolah kedokteran Bumi Putera) pertama yang bernama Dr. Hermanus Frederik Roll dan di makam yang sama dengan H.F Roll terdapat juga makam sang anak, yakni Frits Roll.

Adapun prasasti nisan dari pencetus berdirinya Kebun Raya Bogor yaitu Olivia Marianne Raffles yang merupakan istri pertama dari Gubernur Letnan Thomas Stamford Raffles. Olivia begitu gemar dengan tumbuhan-tumbuhan yang memutuskannya untuk tingga di Buitenzorg atau Bogor bersama sang suami.

Olivia meninggal karena penyakit malaria yang diidapnya, diketahui bahwa penyakit malaria saat itu memang tengah merajalela. Kepindahannya ke Bogor juga saat Olivia sedang dalam masa pemulihan penyakitnya dan Raffles pun membawa ahli taman dari Inggris untuk membuat dan menata ulang taman di pekarangan rumahnya.

Dan tempat yang paling disukai oleh Olivia adalah danau di depan rumahnya, yang kini dikenal sebagai danau yang berada di depan Istana Bogor.

"Sampai akhirnya kesehatan Olivia semakin memburuk, enam bulan menjelang kematiannya Olivia meminta suaminya untuk menemani full di area Istana Bogor. Sampai dia menghembuskan nafas terakhir di bulan November 1814 ya," ujar Yudi.

Masih banyak lagi prasasti nisan dan peninggalan tokoh-tokoh yang berkaitan erat dengan sejarah Indonesia, museum ini memang terkesan menyeramkan karena memamerkan sekira 1.100 prasasti nisan. Namun ketika masuk dan mendapatkan informasi terkait sejarahnya, kesan tersebut menjadi hilang dan berubah jadi decak kagum.

Museum Taman Prasasti yang terletak di Jalan Tanah Abang 1, Jakarta Pusat ini buka dari hari Selasa-Minggu. Mulai dari jam 09.00-15.00 WIB. Dengan biaya masuk dewasa Rp 10.000 (weekend naik jadi Rp 15.000), mahasiswa Rp 5.000, anak-anak Rp 5.000, dan wisatawan asing Rp 50.000.



4 Rekomendasi Wisata di Marunda

4 Rekomendasi Wisata di Marunda


(fem/fem)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat