kubetno1.net

Kampung Naga Tasikmalaya, Penuh Daya Tarik dan Tradisi

kampung
Kampung Naga Tasikmalaya. (Nurul Huda/d'Traveler)

Tasikmalaya -

Mencari salah satu opsi berwisata di kala long weekend? Kampung Naga di Tasikmalaya nampaknya menjadi salah satu spot yang menarik dikunjungi nih traveler.

Kampung Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat, termasuk tempat wisata pedesaan Sunda yang masih alami. Selain rumah-rumah yang mempertahankan bentuk kuno, masyarakatnya juga masih memegang teguh tradisi.

Mereka umumnya memeluk agama Islam, tetapi juga melestarikan adat istiadat nenek moyang. Yuk simak bagaimana asal-usul Kampung Naga ini, lengkap dengan daya tarik wisata, tradisi yang masih berjalan, serta lokasi Kampung Naga tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asal-usul Kampung Naga

Nama Kampung Naga mungkin terkesan seperti kawasan pecinan karena hewan naga ini identik dengan budaya orang Cina. Padahal Kampung Naga di Tasikmalaya sama sekali tidak berhubungan dengan adat Cina.

Punduh atau salah satu pimpinan kampung setempat, Aki Ma'un, menjelaskan nama 'naga' tidak terkait dengan jenis hewan maupun nama buah. Nama tersebut berasal dari lokasi daerah yang berada di bawah bukit atau di lembah bukit.

ADVERTISEMENT

Tempat seperti ini sering disebut oleh orang Sunda sebagai 'dina gawir'. Kata 'dina' merujuk pada makna tempat, sementara 'gawir' berarti lembah atau jurang. Tapi orang Sunda sering melafalkannya menjadi 'na gawir'. Dari situlah disingkat menjadi 'naga'.

"Nama Naga itu asalnya dari kata 'na gawir', kan kampung posisinya di bawah bukit. Jadilah disebut Kampung Naga," kata Ma'un yang pernah diwawancarai detikJabar, 14 Februari 2022.

Daya Tarik Kampung Naga

Dikutip dari Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Filsafat Garuda Volume 1, No 1, Maret 2023, berikut ini sejumlah daya tarik wisata Kampung Naga Tasikmalaya:

1. Pemandangan Indah

Kampung Naga berada di lembah dengan ketinggian 488 mdpl. Pemandangan kampung ini masih khas pedesaan, mulai dari persawahan, empang, bukit, sungai, dan hutan.

Kawasan permukiman di sini pun menjadi pemandangan unik karena sudah jarang terlihat rumah dengan bentuk tradisional. Sepanjang perjalanan masuk ke kampung pun kita akan disuguhi pemandangan indah, termasuk ketika melewati 444 anak tangga.

2. Udara Sejuk dan Suasana Tenang

Jarak Kampung Naga dengan jalan raya sekitar 1 km, sehingga cukup jauh dari keramaian. Hal ini selain membuat udara sejuk, suasananya pun cukup tenang. Tempat ini cocok untuk menenangkan diri dari suasana perkotaan.

3. Mitos di Kampung Naga

Ada juga hal yang membuat wisatawan tertarik datang ke Kampung Naga, yaitu ingin mengetahui mitos atau aturan adat yang unik, misalnya mengenai larangan masuk hutan keramat. Pelanggar aturan akan dikeluarkan dari kampung tersebut.

4. Oleh-oleh Khas

Tentunya, wisatawan banyak yang mencari oleh-oleh khas dari objek wisata tujuannya. Di Kampung Naga, banyak kerajinan tangan yang dihasilkan oleh masyarakat lokal, misalnya anyaman lampu gantung, teko yang terbuat dari batok kelapa, tas dari batok kelapa, bakul nasi, tas anyaman, hingga lukisan.

5. Edukasi Budaya

Kebudayaan juga menjadi daya tarik dari Kampung Naga, sebab masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadatnya.

Masyarakat luar bisa belajar kebudayaan dengan belajar langsung di Kampung Naga. Kamu juga bisa menyaksikan berbagai upacara adat di Kampung Naga, seperti upacara Menyepi dan upacara adat Hajat Sasih.

Tradisi Budaya di Kampung Naga

Berikut ini sejumlah tradisi budaya di Kampung Naga:

Kesenian

Dikutip dari situs Kemdikbud, Kampung Naga memiliki beberapa kesenian, antara lain Terbang Gembrung, Terbang Sajak, angklung, dan gambang.

Terbang Gembrung adalah sajian musik yang sering dimainkan pada saat malam takbiran. Kesenian ini dianggap suci dan sakral, sehingga hanya dimainkan pada waktu tertentu, dan hanya disaksikan warga Kampung Naga saja.

Upacara Menyepi

Upacara Menyepi selalu dilaksanakan penduduk Kampung Naga setiap Selasa, Rabu, dan Sabtu, oleh setiap penduduk laki-laki maupun perempuan. Pelaksanaannya diserahkan masing-masing warga, tapi pada intinya adalah menghindari pembicaraan tidak baik.

Upacara Hajat Sasih

Upacara adat Hajat Sasih dilaksanakan oleh seluruh masyarakat adat Sa-Naga, baik yang tinggal di dalam maupun luar Kampung Naga.

Pelaksanaannya pada bulan Muharram tanggal 26, 27, 28, bulan Maulud tanggal 12,13,14, bulan Sya'ban tanggal 16,17,18, bulan Syawal tanggal 14, 15, 16, dan bulan Rayagung tanggal 10, 11, 12.

Upacara Hajat Sasih dilakukan dengan berziarah dan membersihkan makam. Mereka juga harus mandi bersih di Sungai Ciwulan, kemudian berwudhu.

Bangunan

Dikutip dari Indonesia.go.id, agunan di Kampung Naga tampak seragam. Rumah-rumah ini memanjang dari timur ke barat atau sebaliknya, sejalan dengan alur matahari.

Bentuknya adalah rumah panggung kayu, berpondasi batu, berdinding anyaman bambu berlapis kapur putih, lantai dari papan kayu, serta beratap segitiga dari ijuk hitam pekat yang membentuk julang ngapak atau sayap burung mengepak.

Ada tiga bangunan yang tidak digunakan sebagai tempat tinggal, yaitu masjid, Bumi Ageung, dan Bale Patemon.

Masjid adalah satu-satunya tempat ibadah di kampung. Bumi Ageung adalah tempat sakral untuk menyimpan benda-benda pusaka adat. Sedangkan Bale Patemon digunakan untuk pertemuan warga.

Hidup Tanpa Listrik

Pemukiman Kampung Naga tidak dialiri listrik karena diyakini bisa berdampak buruk bagi kehidupan mereka.

Namun, bukan berarti mereka tidak menggunakan alat elektronik. Mereka bisa menonton televisi atau radio menggunakan aki.

Hasil Panen Disimpan Sendiri

Hasil panen padi di Kampung Naga kebanyakan disimpan sendiri dan jarang dijual kepada masyarakat luar. Mereka biasa memanen padi dua kali setahun. Hasil panen disimpan di leuit atau lumbung di belakang rumah.

________________

Baca artikel selengkapnya di detikJabar



Menikmati Panorama Alam di Bukit Kacapi Tasikmalaya

Menikmati Panorama Alam di Bukit Kacapi Tasikmalaya


(wkn/wkn)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat