Saya dan beberapa orang teman melakukan ziarah ke makam Syaikhona Kholil Bangkalan. Kami berangkat dari salah satu hotel di Surabaya sekitar jam 10 pagi, seusai sarapan, sekaligus checkout.
Pagi itu Surabaya, tidak sepanas seperti biasanya. Ketika memasuki Jembatan Suramadu cuaca mendung, tetapi mendung yang bikin teduh.
Kami sampai di Makam Mbah Kholil yang terletak di Desa Martajasah, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur sekitar pukul 11 siang. Sesampainya di sana, kami segera mengambil air wudhu, kemudian memasuki makam dan membaca tahlil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suasana makam tampak ramai oleh peziarah, baik tua, muda, laki-laki, perempuan. Seusai berziarah di Mbah Kholil, kami terlebih dahulu melaksanakan sholat jamak qashar di Masjid Mbah Kholil sebelum melanjutkan perjalanan.
Baru beberapa menit mobil kami melaju meninggalkan makam Mbah Kholil Bangkalan, hujan turun dengan deras, namun hanya beberapa menit saja. Kemudian kami memutuskan untuk berhenti di salah satu warung makan untuk mengisi perut yang keroncongan.
Perjalanan maha guru Mbah Kholil
Mbah Kholil memiliki nama lengkap Muhammad Kholil bin Abdul Lathif, ia dikenal sebagai maha guru ulama di Indonesia, sebab merupakan guru dari ulama-ulama besar di Indonesia, sebut saja pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy'ari, pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan.
Mbah Kholil lahir sekitar tanggal 25 Mei 1835 atau bertepatan dengan 9 Shafar 1252 Hijriah di Kemayoran, Bangkalan, Madura. Ia mengembara ke berbagai pesantren untuk belajar, antara lain Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Cangaan di Pasuruan, Pesantren Keboncandi, dan Pesantren Sidogiri.
Ia juga belajar hingga Tanah Suci Mekah. Di Tanah Suci tersebut, Mbah Kholil berguru kepada Syekh Nawawi al-Bantani, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syekh Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi, Syekh Mustafa bin Muhammad Al-Afifi Al-Makki, dan Syekh Abdul Hamid bin Mahmud Asy-Syarwani.
Mbah Kholil wafat pada tanggal 29 Ramadhan 1343 H atau 24 April 1925 M.
(msl/msl)